Tuesday, December 4, 2012

Jiwa yang Menghalangi

    Sudah beberapa bulan gue lewatin di tempat yang sekarang akan gue sebut dengan batu loncatan yang sangat besar, atau mungkin gue menyebutnya dengan batu kali.. loncatan. Ternyata otak gue nggak mau menerima apa yang mata dan telinga gue tangkap di tempat ini. Mungkin lebih tepatnya hati gue yang nggak bisa menerima keberadaan saat ini. Damn my situation!

    Gue yakin ini hal wajar yang pasti dialami oleh semua pemasa transisi di seluruh universitas. Mungkin mereka belum menyesuaikan diri. Tapi ini lain. Yang gue rasakan saat ini adalah ketidaksesuaian, ketidaksinkronasinya, ketidakharmonisnya (alah apalah itu) jiwa gue dengan tempat dimana kaki gue berpijak sekarang. 

    Sesuatu yang dilakukan tidak sungguh-sungguh dan dilakukan dengan setengah-setengah pasti tidak akan membuahkan hasil yang benar. Itu yang sedang gue lakonin. Karena itu juga gue bisa berada di tempat yang sungguh-sungguh tidak gue inginkan. Sakti, kata-katanya bikin bingung..

      Okay.
    Bukan sesuatu hal yang mudah untuk mengambil langkah besar dalam hidup, bukan hal yang mudah untuk meloncati batu besar yang berada di telapak kaki, kita berbicara nasib, bukan berbicara takdir, tidak semudah mambalikkan telapak tangan untuk membuat jalan nasib yang baru, yang diperlukan saat ini adalah tujuan yang kuat, tekad yang bulat, serta keoptimisan yang realistis. Mulai saat ini gue harus mengambil langkah besar dalam hidup. Ya Allah, izinkan aku untuk mengambil lagi satu dari ribuan jalan yang telah Engkau berikan padaku, berkahi langkah-langkah ku di sepanjang jalan, hari untuk memecahkan teka-teki malam-Mu.


-written @kosanajaib
             

No comments :

Post a Comment