Tuesday, December 11, 2012

Balada anak kosan

         Kuliah kalo gak ngekos itu gak afdol. Bener bgt. Well ngekos itu lebih asik dibandingin tinggal di rumah sendiri. Bukan berarti ingin meninggalkan rumah tercinta, tapi dari ngekos, banyak hal yang bisa gw pelajarin di sini. Yang utama adalah, menjadikan lu orang yang lebih mandiri dari sebelumnya, karena apa-apa terpaksa harus lu lakukan sendiri, dan itu akan menjadi hal yang terbiasa nantinya. Mulai dari bangun sendiri, mandi sendiri (lho), bikin makanan sendiri, sampe nyuci sendiri, entah itu nyuci piring ataupun baju, dan paling gak gw udah bisa nyuci sempak sendiri.

          Ngomong - ngomong ngekos, gak jauh dengan warteg, kenapa warteg? Ya. warteg adalah salah satu tempat pelarian saat perut meronta - ronta untuk di nina bobokkan. Warteg di deket tempat kos gw emang paling ajib. Tapi satu yang disayangkan dari wateg, dia tidak tahu kalo perut ini suka meronta - ronta di tengah malam. Tolongg.. tolongg.. apa yang harus gw lakukan di tengah malam seperti ini? Apa pun yang ada di dekat gw, harus bisa mengisi perut yang bergejolak ini, yang pasti yang masih bisa dimakan.

          Ini adalah teman - teman gw waktu malem...

ceremix, mi rebus yang langsung dimakan disitu

 Sebongkah ceremix dan mi rebus siap makan haha...

            Gw bingung sama kosan cowok, kalo berantakan dibilang gembel, kalo rapih... if you know what i mean.. Jadi beginilah kosan gw, semi gembel baru 4 bulan..



Di kosan gw, ga ada yang namanya meja belajar, adanya lantai belajar.





Tapi inilah strategisnya lokasi kamar gw, anak pojokan. bisa langsung liat pemandangan.

Annoying kabel listrik.

         




Thursday, December 6, 2012

Sebuah Kopi, Secangkir Gitar, dan Bentangan Teras Bintang

       Memang sudah menjadi hal yang sangat biasa. Semenjak masuk ke dunia paralel, pola hidup gw bergeser 44ยบ. Malam ini nampaknya gw sedikit terjaga. Melakukan hal - hal yang seharusnya tidak harus gw lakukan. Hanya membuang - buang waktu dan tenaga untuk hal yang sia-sia. Shitty time, nothings to do in here..

       Cuma ada laptop di atas kayu, seberkas lembaran - lembaran kertas yang harus gw ladeni, secangkir kopi yang mengetuk mata kembali, gitar berkarat, dan teras membentang sepanjang 5 meter yang tepat tegak lurus dengan kamar kosan gw. Ngomong - ngomong soal membentang, laptop gw sedang memutar lagunya Close Head yang judulnya Berdiri Teman. Kalo kata liriknya, "Kering kerontang jalan yang terbentang, teka - teki hidup apalagi ini?" Pas!

       Malam semakin larut, gak seperti biasanya. Males rasanya badan gw untuk direbahkan ke matras yang biasanya mulai terlihat nyaman jam-jam segini. Bantal empuk, selimut hangat yang siap memelukmu, semuanya jadi basi.

       Basi?

       .....

       Semua yang ada dalam pikiran gw tiba -tiba berceceran begitu saja malam ini. Berceceran untuk dikumpulkan lagi satu per satu dan mengingat - ingatnya. Mulai dari kamu di sana, dia, gw, kalian, mereka, teman - temannya, sahabat, masa kecil, dan terakhir kedua orang yang telah mengayomi gw. Orang tua gw tepatnya. Yang berputar - putar dalam pikiran gw sekarang adalah mereka, yang jauh berada dari sisi gw saat ini. Mungkin waktu kita masih kecil dan ketika bepergian jauh, orang tua berkata dalam hati "Bagaimana keadaan anakku disana?" Tapi sekarang, mungkin gw yang harus berkata seperti itu, "Bagaimana keadaan orang tua gw disana?"

        Hal yang menyakitkan emang, ketika lu bercermin di depan kaca panjang, melihat diri lu yang sekarang bukan anak kecil lagi. Maann! lu bukan anak kecil! Yang bisa minta ini itu dan tetek bengeknya seenak jidat. Malu gw rasanya ketika harus melakukan itu walaupun harus terpaksa. Yep, terpaksa..

        Gw memang anak yang belum tau malu. Jujur saja, gw ini masih anak ambangan, belum menjadi sesuatu, dan belum bisa memberikan kebahagiaan kepada orang tua. But wait, selama waktu masih berbicara dan mengulurkan tangannya, gw akan berusaha melakukan yang terbaik.

        Sekarang tentang kamu disana. Hai sayang... Ah sudah lupakan.. hehehe.

        Gw ambil gitar yang daritadi nganggur minta "dimainin". Lagu Jalan Pulang nya dari Close Head gw bawain dengan nada fals gw dan menyeduh kopi terakhir yang ada di atas meja kayu tua, well lumayan untuk menghibur diri malam malam..



        "Bawa aku pulang, 
                 aku ingin pulang, 
                          menemani sang Bunda yang sendirian. . ."

         Nampaknya tangan gw gatal untuk menyentuh saklar yang nempel di dinding. Oke, gw tarik kata - kata gw yang tadi. Lampu kamar kosan udah mati, selimut kembali memeluk gw, dan bantal yang akan gw jadiin guling. Saatnya mematikan mata sementara...



-written @kosanajaib

Tuesday, December 4, 2012

5 cm di Depan Kepala

Just a little quote from..








Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan . . . 

sehabis itu yang kamu perlu 

cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, 


tangan yang akan berbuat lebih   banyak dari biasanya, 

                 mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, 


leher yang akan lebih sering melihat ke atas, 

 lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, 

            dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, 

           serta mulut yang akan selalu berdoa..

Jiwa yang Menghalangi

    Sudah beberapa bulan gue lewatin di tempat yang sekarang akan gue sebut dengan batu loncatan yang sangat besar, atau mungkin gue menyebutnya dengan batu kali.. loncatan. Ternyata otak gue nggak mau menerima apa yang mata dan telinga gue tangkap di tempat ini. Mungkin lebih tepatnya hati gue yang nggak bisa menerima keberadaan saat ini. Damn my situation!

    Gue yakin ini hal wajar yang pasti dialami oleh semua pemasa transisi di seluruh universitas. Mungkin mereka belum menyesuaikan diri. Tapi ini lain. Yang gue rasakan saat ini adalah ketidaksesuaian, ketidaksinkronasinya, ketidakharmonisnya (alah apalah itu) jiwa gue dengan tempat dimana kaki gue berpijak sekarang. 

    Sesuatu yang dilakukan tidak sungguh-sungguh dan dilakukan dengan setengah-setengah pasti tidak akan membuahkan hasil yang benar. Itu yang sedang gue lakonin. Karena itu juga gue bisa berada di tempat yang sungguh-sungguh tidak gue inginkan. Sakti, kata-katanya bikin bingung..

      Okay.
    Bukan sesuatu hal yang mudah untuk mengambil langkah besar dalam hidup, bukan hal yang mudah untuk meloncati batu besar yang berada di telapak kaki, kita berbicara nasib, bukan berbicara takdir, tidak semudah mambalikkan telapak tangan untuk membuat jalan nasib yang baru, yang diperlukan saat ini adalah tujuan yang kuat, tekad yang bulat, serta keoptimisan yang realistis. Mulai saat ini gue harus mengambil langkah besar dalam hidup. Ya Allah, izinkan aku untuk mengambil lagi satu dari ribuan jalan yang telah Engkau berikan padaku, berkahi langkah-langkah ku di sepanjang jalan, hari untuk memecahkan teka-teki malam-Mu.


-written @kosanajaib